Tuesday, November 29, 2011

AIDS bukan kutukan, bukan pula akhir segalanya!





Mendunianya berita tentang keganasan HIV Aids dimulai dengan diberitakannya kematian Rock Hudson, aktor tampan berkebangsaan Amerika pada pertengahan 80 an.

Kala itu ditampilkan berbagai KENGERIAN fisik penderita AIDS. Badan kurus habis, jamur di sekujur tubuh dan kulit disertai berbagai KESERAMAN yang timbul karenanya.

Padahal, pada berbagai penyakit infeksi lain pun kalau tidak diobati atau belum diketahui obatnya juga akan mengalami KENGERIAN fisik seperti tersebut di atas.

Data terpublikasi yang menunjukkan bahwa mayoritas penderitanya adalah kaum homoseksual semakin meyakinkan masyarakat bahwa itu adalah kutukan TUHAN.

Jika memang kutukan TUHAN, apakah perbuatan gay itu lebih buruk dari koruptor yang berpesta pora di atas dana bantuan rakyat miskin? Apakah kaum gay itu merugikan yang menghakiminya? Lebih jahat dari petinggi negara yang mengkorupsi utang negaranya dan tanpa malu bermewah dengan utang yang harus dibayar rakyatnya? Kalau memang AIDS adalah kutukan, kenapa tidak para pejabat laknat ini yang terinfeksi? Kok TUHAN begitu sih?

Itu kembali pada persepsi individu. Saya tidak yakin Tuhan setidak adil itu. Yang saya yakin adalah bahwa stigma diciptakan oleh kelompok manusia farisi yang merasa suci dan berhak menghakimi sesamanya.

Aids disebabkan oleh virus yang dapat menjangkiti siapa saja termasuk ulama yang paling sering khotbah sekali pun. Hanya memang harus ada upaya untuk mencegahnya; namun, faktor kesialan tetap saja dapat dialami siapa pun seperti dalam tranfusi darah, transplantasi, kecelakaan kerja , dll.

Sahabat saya adalah seorang wanita bijaksana yang terinfeksi HIV Aids lebih dari 10 tahun yang lalu. Dengan fisik penuh bekas luka bakar dan terinfeksi HIV Aids, tidak menyurutkan semangat hidupnya untuk tetap PRODUKTIF. Seperti kode etik waktu itu bagi sukarelawan HIV Aids, saya tidak menanyakan bagaimana ia dapat terjangkit, namun tetap memberikan support bahwa menderita Aids bukan lah akhir segalanya. Ia tetap aktif, berkarya, memberikan dukungan kepada sesama ODHA. Tidak terhitung banyak nya jiwa yang terselamatkan karena pendampingannya. Hampir semua orang yang pertama kali mendengar vonis positif HIV, mencoba untuk bunuh diri. Tapi berkat dukungan sahabat saya itu, banyak dari mereka membatalkan niatnya dan berbalik 180 derajat menjadi pendamping sekaligus penyemangat sesame ODHA lainnya.

Tetap semangat hidup, berkarya dan mendukung sesama ODHA, justru menjadi penyala semangat. Seperti Hellen Keller yang tuna netra ,tuna rungu dan tuna wicara, namun keadaan seperti itu justru menjadikannya penyemangat bagi kaum tuna netra, tuna rungu dan tuna wicara BAHKAN kaum lengkap fisik di seluruh dunia ini.

Singkat kata, menjadi BERKAT bagi manusia lain membuat kita menjadi manusia yang berguna, pantas menyandang status “MANUSIA” dan jauh lebih PENTING , BERARTI dan MULIA daripada manusia sehat tapi menghisap darah bangsa seperti koruptor tersebut di atas.

Sunter-Jakarta

Sunter-Jakarta



1 comment:

tommytoxcum said...

Syarat Anda untuk mengikuti Lomba GoVlog AIDS masih kurang. Mohon segera dilengkapi.

1. Artikel yang dilombakan wajib diposting di Twitter peserta lomba dengan mention @AusAID @VIVAnews dan Hashtag #GoVlog. Selain itu harus dicantumkan link artikel yang dimuat di VIVAnews dengan shortlink.
Contohnya: http://bit.ly/Hjk8B #GoVlog @AusAID @VIVAnews
*Hasil postingan Twitter harus capture dan imagenya dimasukkan ke dalam artikel yang dilombakan.

2. Peserta lomba juga wajib memfollow @AusAID @VIVAnews @VIVAvlog
*Hasil postingan Twitter harus capture dan imagenya dimasukkan ke dalam artikel yang dilombakan.

3. Peserta wajib mencantumkan domisili di dalam blog yang dilombakan.
Contohnya: Pontianak - Kalimantan Barat

Thanks.